Kini minum kopi identik dengan gaya hidup. Tapi tahukah Anda, di balik hitamnya kopi, tersimpan segudang manfaat kesehatan yang belum diketahui?
Kebiasaan minum kopi telah lama menjadi tradisi. Namun, belakangan kebiasaan minum kopi menjadi gaya hidup, begitupun di kalangan perempuan muda. Hang out atau bercengkrama di kedai kopi pun menjadi pemandangan yang lumrah. Bekerja di depan layar komputer juga seakan tak lengkap tanpa kopi.
Faktanya, kopi memang merupakan'salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia selain teh. Kopi cukup banyak diterima oleh banyak kalangan, baik tua-muda atau pria-wanita. Ada banyak jenis kopi. Bahkan ada yang mengatakan, terdapat lebih dari 80 jenis kopi. Namun sampai saat ini hanya kopi jenis Arabica (Coffea arabica) dan Robusta (Coffea canephora) yang bernilai komersial dan paling banyak dikonsumsi di dunia.
Sarat Kandungan Gizi
Apa yang terkandung dalam kopi? Menurut dr. Nany Budiman MGizi, Sp.GK dari Ciputra Hospital Citra Garden City, Jakarta, secara umum kopi mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Selain itu kandungan bioaktif lainnya seperti kafein, chlorogenic acid, melanoidin, polifenol, diterpene, dan trigonelline.
Kandungan zat gizi dalam kopi berbeda- beda, tergantung cara pena'naman, iklim, komposisi tanah, metode analisis, dan proses pembuatannya. Kandungan karbohidrat dan lemak dalam kopi Arabica lebih tinggi dibanding Robusta. Sebaliknya, unsur kafein dan mineral lebih tinggi dalam kopi Robusta. Kandungan kafein yang lebih tinggi dalam kopi jenis Robusta (dapat mencapai 4-5%) menyebabkan rasanya lebih pahit dan aromanya kurang dibanding kopi Arabica. Sebaliknya. aroma dan rasa kopi Arabica lebih kompleks.
Kafein merupakan kandungan aktif kopi yang paling banyak diteliti. Namun efeknya pada kesehatan masih kontroversial, walaupun kafein juga terdapat dalam teh dan cokelat. Secangkir kopi standar 240 ml mengandung kafein rata-rata sekitar 100 mg.
Manfaat kafein adalah meningkatkan perhatian dan kewaspadaan serta performa fisik. Beberapa tahun belakangan ini, komponen polifenol dalam kopi yaitu chlorogenic acid mulai banyak diteliti karena e(pk antioksidan, manfaatnya dalam mengatur metabolisme glukosa (gula darah) dan lemak, serta penurunan berat badan.
"Tapi sampai saat ini belum ada batasan pasti berapa konsumsi kopi sehari yang dianjurkan bagi seorang wanita karena sangat tergantung pada banyak faktor," papar dokter ini.
Turunkan Risiko Stroke?
Sebenarnya, efek kopi terhadap kesehatan masih belum konklusif. Suatu penelitian di Amerika selama 26 t^hun dengan 896 kasus gout (penyakit nyeri sendi akibat penumpukan asam urat di sendi) memperlihatkan risiko terjadinya gout pada mereka yang mengonsumsi 4 cangkir atau kurang per hari lebih I rendah dibanding mereka yang tidak mengonsumsi kopi.
Hal tersebut diperkirakan akibat manfaat i dari kafein. Penurunan risiko gout juga ter- lihat pada mereka yang mengonsumsi decaffeinated coffee, sehingga tidak dapat disingkirkan ada komponen dalam kopi selain i kafein yang berefek baik terhadap penurunan risiko gout.
Penelitian lainnya di Swedia memperlihatkan konsumsi lebih dari 1 cangkir kopi sehari menurunkan risiko stroke pada wanita dibanding yang tidak mengonsumsi kopi. Penelitian lainnya menunjukkan penurunan risiko I diabetes melitus pada wanita yang mengonsumsi 6 cangkir kopi atau lebih sehari.
Akan tetapi hasil penelitian ini bukanlah suatu panduan dan efeknya tidak dapat disamaratakan pada semua orang karena variasi jenis dan jumlah kopi, proses pembuatan kopi, komposisi kandungan aktif dalam kopi dalam penelitian tersebut. Selain itu, kondisi seseorang dan faktor risiko lainnya juga turut mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau gangguan kesehatan tertentu.
Waspadai Bila Berlebihan
Efek akibat minum kopi yang lebih banyak diketahui sampai saat ini adalah karena kandungan kafeinnya. Konsumsi kafein dosis rendah sampai sedang (50-300 mg per hari) dapat meningkatkan kewaspadaan, energik, dan lebih fokus/konsentrasi.
Akan tetapi, konsumsi dosis yang lebih besar dapat menyebabkan anxietas, insomnia atau berdebar-debar. Konsumsi kopi dalam waktu lama akan menyebabkan tubuh lebih "toleran" sehingga butuh jumlah kafein yang lebih besar untuk mendapatkan efek yang sama. Efek lainnya adalah rasa ketergantungan. Saat ingin berhenti minum kopi secara tiba-tiba, justru dapat menimbulkan gejala "withdrawal" seperti sakit kepala, kurang dapat konsentrasi, merasa tidak bersemangat, atau bahkan depresi.
Selain itu, konsumsi kafein dalam jumlah besar (lebih dari 350 mg per hari) dapat mengganggu absorpsi beberapa zat gizi dalam tubuh, di antaranya kalsium, zat besi, seng dan lainnya. Kafein juga bersifat diuretik atau menyebabkan lebih banyak berkemih. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi bila tidak disertai dengan konsumsi cairan yang cukup dan kalsium akan lebih banyak keluar lewat air kemih. Untuk diketahui, dari setiap 150 mg kafein atau satu cangkir kopi, 5 mg kalsium keluar dari tubuh.
Kafein juga menghambat penyerapan kalsium di usus sehingga kadar kalsium tubuh menurun dan dapat meningkatkan risiko pengeroposan tulang (osteoporosis). Di samping itu, kafein juga menghambat pe¬nyerapan zat besi, seng dan mineral lainnya. Oleh karena itu disarankan sebaiknya tidak mengonsumsi minuman berkafein bersamaan dengan makanan atau suplemen yang mengandung mineral tersebut.
Kafein dalam kopi juga dapat mengakibatkan tonus otot sphincter esofagus (atau kerongkongan) bagian bawah menurun. Selain itu produksi asam lambung juga meningkat dan pengosongan lambung menjadi lebih lambat. Semua kondisi ini akan menyebabkan asam lambung dengan mudah refluks atau naik ke kerongkongan sehingga menimbulkan rasa seperti terbakar atau dikenal sebagai GERD (gastroesophageal reflux disease). Namun ada penelitian yang menunjukkan bahwa efek serupa juga didapat dengan konsumsi decaffeinated coffee.
Tak Boleh Ngopi, Bila...
Wanita dengan GERD, sakit kepala (migrain), insomnia, dan sakit maag kronis sebaiknya tidak minum kopi karena akan memicu kambuh penyakitnya.
Begitupun wanita hamil. Walau hasil penelitian belum konklusif, sebaiknya wanita hamil tidak mengonsumsi kopi, khususnya dalam jumlah besar karena dapat meningkatkan risiko keguguran atau kematian janin. Konsumsi kafein oleh sang ibu selama hamil secara langsung memengaruhi kadar kafein dalam janin karena kafein dapat melewati sawar darah plasenta. Kafein pada janin akan meningkatkan katekolamin yang berefek pada pembuluh darah menyempit sehingga janin kekurangan oksigen yang selanjutnya dapat berakibat pada gangguan pertumbuhan janin atau bahkan kematian.
Waktu Tepat Minum Kopi
Kebanyakan orang minum kopi pagi hari dengan tujuan agar merasa lebih segar dan bersemangat di pagi hari. Sebaliknya, menghindari minum kopi saat malam hari karena khawatir tidak dapat tidur di malam hari.
Perlu kita tahu, kopi terutama kafein diketahui dapat meningkatkan hormon kortisol yaitu hormon yang banyak diproduksi sebagai respons terhadap suatu situasi atau kondisi seperti bangun pada pagi hari, olahraga, dan stres. Dalam keadaan normal, produksi hormon kortisol mencapai puncaknya mengikuti pola waktu atau siklus tertentu, yaitu saat bangun tidur pagi hari dan malam hari.
Hal tersebut penting untuk mempertahankan keseimbangan fungsi tubuh optimal dan mengatur keseimbangan energi. Bila kita minum kopi saat pagi hari yaitu saat produksi kortisol mencapai puncaknya, dikhawatirkan akan lebih meningkatkan kortisol.
Namun penelitian menunjukkan, minum kopi saat pagi hari maka semakin lama tubuh akan menjadi lebih "toleran", produksi kortisol berkurang dan tubuh mulai tergantung pada kafein untuk produksi kortisol. Ada sumber yang mengatakan bahwa waktu terbaik untuk minum kopi adalah saat snack pagi yaitu di antara waktu sarapan dan makan siang.
Anda juga dapat menambahkan susu dalam kopi. Namun masalahnya, kandungan lemak dan kalori dalam susu yang perlu diperhitungkan pula agar tidak menyebabkan kelebihan kalori dan lemak serta tidak menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
Perlu diperhatikan pula komposisi lainnya dalam kopi tersebut diantaranya kadar gula. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan masalah kesehatan lain.
Untuk mengurangi risiko gangguan penyerapan berbagai mineral dalam tubuh, sebaiknya minum kopi dengan selang waktu satu jam setelah makan makanan atau suplemen yang mengandung mineral.